Peristiwa itu dikenang oleh bangsa Indonesia secara mendalam, karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun diberikan untuk meraik kemerdekaan itu. Hingga sampai proklamasi dikumandangkan, sudah tidak terhitung lagi jumlah harta, jiwa dan raga yang harus dibayarkan.
Semangat Hari Kemerdekaan |
Para pemimpin dan pejuang bangsa ini merebut status kemerdekaan dari penjajah Belanda dan kemudian juga Jepang untuk meraih cita-citanya, yaitu menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Mereka telah menyadari, betapa berat penderitaan yang dirasakan oleh rakyat dengan status terjajah. Kekayaan ekonominya dirampas, harkat dan martabatnya ditindas, diperbodoh dan tidak diperlakukan sebagai layaknya manusia yang memiliki hak-hak kehidupan.
Atas dasar kenyataan itu maka kemerdekaan dirasakan sebagai kekayaan yang tidak ada taranya. Demikian pula peristiwa itu dipandang sebagai hasil perjuangan dan pengorbanan dari semua pihak, yang kemudian mendapatkan karunia Allah yang luar biasa besarnya. Oleh karena itu peristiwa tersebut selalu dikenang dan diperingati dengan berbagai bentuk dan caranya sendiri sebagai ungkapan rasa syukur yang mendalam.
Sangat menarik karena peringatan kemerdekaan kali ini hampir bertepatan dengan perayaan hari Idul Fitri yang juga sering disebut sebagai hari kemenangan bagi kaum Muslim setelah sebulan lamanya berjuang keras melawan hawa nafsu dan segala perbuatan dosa melalui puasa pada bulan ramadhan. Ternyata sejarah mencatat bahwa untuk hidup dan meraih kemenangan atau kemerdekaan haruslah melalui proses perjuangan.
Ya, perjuangan dalam mengalahkan musuh-musuh penjajahan. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan spiritual setiap insan. Setiap umat Islam sebelum masuk dan merayakan Idul Fitri, ia haruslah terlebih dahulu melewati bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan secara bahasa berarti sangat panas atau terbakar. Hal ini menggambarkan sesuatu yang tidak mudah dijalani, namun bulan Ramadhan juga dikenal sebagai bulan penuh berkah. Tentunya ini menimbulkan tanda tanya, bagaimana bulan yang sangat panas namun penuh berkah?
Baca Juga: Etika dalam Islam
Sesuai dengan arti bahasanya maka Ramadhan tidak boleh hanya dimaknai secara fisik apalagi simbolik dengan menahan lapar dan haus. Ramadhan juga tidak boleh dimaknai hanya sekedar menahan hawa nafsu tetapi haruslah juga dimaknai sebagai proses pembakaran dosa-dosa. Sebagaimana cara untuk membersihkan kotoran apalagi kotoran yang sudah berkarat pada sebuah benda adalah melalui dibakar, emas murni pun diperoleh dengan cara dibakar dalam suhu yang sangat panas.
Olehnya, Setiap insan yang menyadari keadaannya penuh dengan kekotoran noda dan dosa haruslah rela dan ikhlas untuk dimurnikan melalui proses yang sangat panas. Sudah tentu, untuk melepas kebiasaan buruk dalam berkata-kata kasar dan kotor, emosi yang meledak-ledak, mengkonsumsi khamer, nafsu perzinahan dan lain sebagainya adalah bukan hal mudah dalam diri seseorang. Namanya dibakar pastilah sangat sakit dan sulit, tak jarang ada juga sebagian yang gagal dalam menjalaninya namun bagi mereka yang tekun, sabar dan ikhlas mengikuti proses pembakaran hingga akhir akan mengalami kemenangan menjadi pribadi yang dimurnikan dan dibaharui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.